PENDAHULUAN
Islam merupakan salah
satu agama samawi yang meletakkan nilai-nilai kemanusiaan, atau hubungan
personal, interpesonal dan masyarakat secara Agung dan Luhur, tidak ada
perbedaan satu sama lain, keadilan, relevansi, kedamaian, yang mengikat semua
aspek manusia. Karena islam yang berakar pada kata “salima” dapat
diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu
sifatnya fitrah, kedamaian, akan hadir. Jika manusia itu sendiri menggunakan
dorongan diri (drive) kearah bagaimana memanusiakan manusia dan memposisikan
dirinya sebagai mahluk ciptaan tuhan yang bukan saja unik tapi juga sempurna.
Namun jika sebaliknya manusia mengikuti nafsu dan tidak berjalan, seiring
fitnah, maka janji tuhan azab dan keinahan akan datang. Tegaknya aktifitas
keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan
bahwa orang itu memiliki ahlak. Jika seseorang sudah memahami ahlak maka akan
menghasilkan kebiasaan hidup yang baik.
Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang
sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan
dalam hati. Yaitu iman (akidah), Islam (syariat/ibadah), dan ihsan (akhlak).
sebagaimana firman Allah
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا
كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي
السَّمَاءِ. تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ
الأمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ. وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ
كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الأرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ.
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ.
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon
yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak
dapat tetap (tegak) sedikit pun. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat;
dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan memperbuat apa yang Dia
kehendaki.”
Ayat
diatas mengilustrasikan kepada kita akan hubungan antara aqidah, ibadah dan
akhlak. Yang kesemuanya memiliki keterikatan dan penguat satu sama lain. Maka di
sini pemakalah akan menjelaskan tentang
hubungan antara ketiganya, sehingga kemantapan seorang mukmin akan terjaga.
Semoga apa yang pemakalah susun dalam
makalah yang berjudul Hubungan
Aqidah, Ibadah Dan Akhlak. Dengan harapan
semoga makalah ini dapat menjadi referansi, khazanah keilmuan dan berguna untuk
semua kalangan umat Islam. Amin
PEMBAHASAN
Pengertian
Aqidah, Ibadah dan Akhlak
Pengertian
Aqidah
Aqidah merupakan suatu
keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup ini diperlukan
manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk
alam. Pedoman hidup ini dijadikan pula sebagai pondasi dari seluruh bangunan
aktifitas manusia
Pondasi aktifitas
manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak berdiri, maka dibutuhkan adanya
sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah. Ibadah merupakan bentuk
pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah dilakukan dalam rangka
mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap
allah.
Apabila aqidah telah
dimiliki dan ibadah telah dijalankan oleh manusia, maka kedua hal tersebut
harus dijalankan dengan sebaik-baiknya, oleh karena itu diperlukan adanya suatu
peraturan yang mengatur itu semua. Aturan itu disebut Muamalah. Muamalah adalah
segala aturan islam yang mengatur hubungan antar sesama manusia. Muamalah
dikatakan berjalan baik apabila telah memiliki dampak sosial yang baik.
Untuk dapat mewujudkan
aqidah yang kuat yaitu dengan cara ibadah yang benar dan juga muamalah yang baik,
maka diperlukan suatu adanya ilmu yang menjelaskan baik dan buruk, menjelaskan
yang seharusnya dilakukan manusia kepada yang lainya, yang disebut dengan
akhlak. Dengan akhlak yang baik seseorang akan bisa memperkuat aqidah dan bisa
menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Ibadah yang dijalankan dinilai baik
apabila telah sesuai dengan muamalah. Muamalah bisa dijalankan dengan baik
apabila seseorang telah memiliki akhlak yang baik.
Rasulullah bersabda:
لايكن
احدكم أمعة يقول : انا مع الناس، ان احسن الناس احسنث وان اساءوا اسأث، ولكن وظنوا
انفسكم ان حسن الناس ان ثحسنوا وان اساءوا ان ثجثنبوا اساءثهم (رواه الترذي)
“Janganlah ada di antara kamu menjadi orang
yang tidak mempunyai pendirian, ia berkata: Saya ikut bersama orang-orang.
Kalau orang berbuat baik, saya juga berbuat baik; dan kalau orang berbuat
jahat, saya juga berbuat jahat. Akan tetapi teguhlah pendirianmu. Apabila orang
berbuat baik, hendaklah kamu juga berbuat baik dan kalau mereka berbuat jahat,
hendaklah kamu jauhi perbuatan jahat itu.” (HR. Turmuzi)
Al-Maududi
mengemukakan beberapa pengaruh kalimat tauhid ini dalam kehidupan manusia.
Manusia yang percaya dengan kalimat ini tidak
mungkin orang yang berpandangan sempit dan berakal pendek.
Keimanan mengangkat manusia ke derajat yang
paling tinggi dalam harkatnya sebagai manusia.
Bersamaan dengan rasa harga diri yang tinggi,
keimanan juga mengalirkan ke dalam diri manusia rasa kesederhanaan dan
kesahajaan.
Keimanan membuat manusia menjadi suci dan
benar.
Orang yang beriman tidak bakal putus asa atau
patah hait pada keadaan yang bagaimanapun.
Orang yang beriman mempunyai kemauan keras,
kesabaran yang tinggi dan percaya teguh kepada Allah SWT.
Keimanan membuat keberanian dalam diri manusia.
Keimanan terhadap kalimat La Ilaha illa
al-Allah dapat mengembangkan sikap cinta damai dan keadilan menghalau rasa
cemburu, iri hati dan dengki.
Pengaruh yang terpenting adalah membuat manusia
menjadi taat dan patuh kepada hukum-hukum Allah.
Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa
aqidah itu merupakan satu hal yang sangat fondamental dalam Islam dan dengan
sendirinya dalam kehidupan. Untuk memantapkan uraian ini, aqidah laksana mesin
bagi sebuah mobil yang menggerakkan segala kekuatannya untuk berjalan. Tanpa
mesin, maka mobil itu tak ubahnya seperti benda-benda mati yang lain yang tidak
bisa bergerak dan berjalan.
Kemantapan aqidah dapat diperoleh dengan
menanamkan kalimat tauhid La Illaha illa al-Allah (Tiada tuhan selain
Allah). Tiada yang dapat menolong, memberi nikmat kecuali Allah; dan tiada yang
dapat mendatangkan bencana, musibah kecuali Allah. Pendket kata, kebahagiaan
dan kesengsaraan hanyalah dari Allah.
Pengertian
Ibadah
Ibadah
secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan
menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna
dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain adalah:
Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan
perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.
Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla,
yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang
dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan,
yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling
lengkap.
Ibadah
terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa khauf (takut),
raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah
(senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan
hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan syukur dengan lisan dan
hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat,
zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta
masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan
dan badan.
Ibadah
inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ مَا أُرِيدُ مِنْهُم مِّن رِّزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَن يُطْعِمُونِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah
Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat:
56-58]
Allah
Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia adalah
agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Dan Allah
Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang
membutuhkan-Nya, karena ketergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa
yang menolak beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah
kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah
mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya
dengan apa yang disyari’atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang
mengesakan Allah).
Ibadah
adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah yang
disyari’atkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah. Apa yang tidak
disyari’atkan berarti bid’ah mardudah (bid’ah yang ditolak) sebagaimana sabda
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam :
مَنْ
عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa
yang beramal tanpa adanya tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.”
Agar
dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak bisa
dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:
Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan
kecil.
Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Jadi
ibadah merupakan hasil dari Aqidah yang kokoh. aqidah tersebut menciptakan
kegiatan atau amal yang dinakan Ibadah. sebagaimana yang kita ketahui, jika
manusia memiliki dua tugas didalam perjalanan penghambaan, yakni ibadah dan
memimpin.
Pengertian
akhlak
Akhlak (berasal dari
kata al-akhlak, jamak dari al-khulq = kebiasaan, perangai,
tabiat, dan agama). Tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak
dibuat-buat, dan telah menjadi kebiasaan. Kata akhlak dalam pengertian ini
disebut dalam Al-Quran dengan bentuk tunggalnya, khulq, pada firman
Allah SWT yang merupakan konsiderans pengangkatan Muhammad sebagai Rasul Allah.
Dijelaskan dalam Al-Quran sebagai berikut
Artinya :
“Dan sesungguhnya engkau
(Muhammad) benar-benar berbudi pengerti yang agung (QS Al-Qalam, 68 :4)
Beberapa istilah yang
bekaitan dengan akhlak. Menurut jamil salibah (ahli bahasa arab kontemporer
asal suriah), adalah akhlak yang baik dan ada yang buruk. Akhlak yang baik
disebut adab (adab). Kata adab juga digunakan dalam arti etika yaitu tata cara
sopan santun dalam masyarakat guna memelihara hubungan baik antar mereka.
Selanjutnya, dikalangan
Ulamah terdapat perbedaan pendapat tentang apakah akhlak yang lahir dari
manusia merupakan hal pendidikan dan latihan ataukah pembawah sejak lahir.
Sebagian mengatakan bahwa akhlak merupakan pembawah sejak lahir orang yang
bertingkah laku baik atau buruk karena pembawanya sejak lahir. Karenanya,
akhlak tidak bisa diubah melalui pendidikan atau latihan. Pandangan ini
dipegang oleh kaum jabariah, salah satu aliran dalam teologi islam. Sebagian
lain berpendapat bahwa akhlak merupakan hasil pendidikan. Karenanya, akhlak
bisa diubah melalui pendidikan, dan itulah sebabnya mengapa Rasulullah SAW “diutus
untuk menyempurnakan akhlak” (HR. Malik). Pendapat ini dipegang oleh kebanyakan
ulamah. Ibnu maskawaih, ketika mengeritik pandangan pertama, mengatakan bahwa
pandangan negatif tersebut antara lain akan memebuat segalah bentuk normal dan
bimbingan jadi tertolak, orang jadi tunduk pada kekejaman dan kelaliman, serta
nak-anak jadi liar karena tubuh dan perkembangan tanpa nasihat dan pendidikan.
Menurut Quraish Shihab,
meskipun kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia, ada issyarat dalam
Al-Quran bahwa manusia pada dasarnya cendrung pada kebajikan. Didalam
Al-Qurandiuraikan bahwa iblis menggoda Adam, lalu adam durhaka kepada Tuhan.
Sebelum digoda iblis, Adam tidak durhaka artinya ia tidak melakukan sesuatu
yang buruk akibat godaan itu, adam menjadi sesat, tetapi kemudian bertobat
kepada tuhan sehingga kembali kepada kesuciannya.
Adapun sasaran
Ahlak. Dalam Islam, secara garis besar akhlak manusia mencangkup tiga sasaran,
yaitu terhadap Allah SWT, terhadap bersama manusia, dan terhadap lingkungannya.
Akhlak
terhadap Allah SWT. Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlak manusia terhadap
Allah SWT bertitik tolak dari pengakuan dan kesadaran bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah SWT yang memiliki segalah sifat terpuji dan sempurna.
Mensucikan
Allah SWT dan memuji-nya.
Bertaqwa
(berserah diri) kepada Allah SWT setelah berbuat atau berusaha lebih dahulu.
Berbaik
sangka kepada Allah SWT
Akhlak
Terhadap Sesama Manusia, sebagai contoh Akhlak terhadap Orang Tua diantaranya sebagai berikut
:
Memelihara
keridaan orang tua
Berbakti
kepada orang tua
Memelihara
etika pergaulan kepada orang tua
Akhlah
terhadap Lingkungan. Dimaksudkan dengan lingkungan disini ialah segalah sesuatu
yang berada disekitar manusia, seperti binatang, tumbuhan-tumbuhan dan
benda-benda yang tak bernyawa.
Akhlak yang
dianjurkan Al-Quran terhadap lingkungan bersumber daru fungsi manusia sebagai
khalifah. Khalifah menuntut adanya interaksi antara manusia dan alam. Khalifah
mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, dan bimbingan agar setiap mahluk
mencapai tujuannya. Mahluk-mahluk itu adalah umat seperti manusia juga.
Al-Quran menggambarkan : “dan tiada binatangbinatang yang ada dibumi dan
burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melaikan umat-umat (juga)
seperti kamu… ”(Q.S. 6:38).
Jadi dari
penjelasan diatas dapat kita simpulan, jika akhlak merupakan hasil aqidah yang
kokoh dan ibadah yang benar.melalui ibadah, ibadah yang
merupakan pelaksanaan dari perintah
Allah Swt. dalam firman-Nya, “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
perbuatan keji dan mungkar” (QS al-Ankabut [29]: 45).
Tujuan akhlak sendiri adalah menghasilkan nilai yang
mampu menghadirkan kemanfaatan bagi manusia, bukan nilai materi. karena Akhlak
adalah salah satu dasar bagi pembentukan kepribadian individu. Tentu saja
secara pasti, akhlak sebagai salah satu dasar pembentuk masyarakat tidak akan
diabaikan begitu saja. Suatu masyarakat tidak akan baik kecuali ketika
akhlaknya baik. Namun, masyarakat tidak akan menjadi baik hanya dengan akhlak,
tetapi dengan dibentuknya pemikiran-pemikiran, perasaan-perasaan Islami, serta
diterapkannya aturan di tengah-tengah masyarakat itu.
Hubungan Aqidah, Ibadah
dan Akhlak
Aqidah sebagai dasar
pendidikan akhlak / Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah
yang kokoh dan ibadah yang benar , Karena akhlak tersarikan dari aqidah, aqidah
pun terpancarkan melalui ibadah. karena sesungguhnya aqidah yang kokoh
senantiasa menghasilkan amal ataua ibadah dan ibadah pun akan menciptakan akhlakul
karimah. Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya
akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah
salah maka akhlaknya pun akan salah. Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika
kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam juga lurus dan benar. Karena barang
siapa mengetahui sang pencipta dengan benar, niscahya ia akan dengan mudah
berperilaku baik sebagaimana perintah allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh
bahkan meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkanya.
Pendidikan akhlak yang
bersumber dari kaidah yang benar merupakan contoh perilaku yang harus diikuti
oleh manusia. Mereka harus mempraktikanya dalam kehidupan mereka, karena hanya
inilah yang menghantarkan mereka mendapatkan ridha allah dan atau membawa
mereka mendapatkan balasan kebaikan dari Allah.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa kesempurnaan
iman seseorang terletak pada kesempurnaan dan kebaikan akhlaknya. Sabda beliau:
“Orang
mukmin yang paling sempurna imannya ialah mereka yang paling bagus akhlaknya”.
(HR. Muslim)
Dengan demikian, untuk melihat kuat atau
lemahnya iman dapat diketahui melalui tingkah laku (akhlak) seseorang, karena
tingkah laku tersebut merupakan perwujudan dari imannya yang ada di dalam hati.
Jika perbuatannya baik, pertanda ia mempunyai iman yang kuat; dan jika
perbuatan buruk, maka dapat dikatakan ia mempunyai Iman yang lemah. Muhammad
al-Gazali mengatakan, iman yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia,
sedang iman yang lemah mewujudkan akhlak yang jahat dan buruk.
Nabi Muhammad SAW telah menjelaskan bahwa iman
yang kuat itu akan melahirkan perangai yang mulia dan rusaknya akhlak
berpangkal dari lemahnya iman. Orang yang berperangai tidak baik dikatakan oleh
Nabi sebagi orang yang kehilangan iman. Beliau bersabda:
الحياء
والايمان قرناء جميعا فاذا رفع احدهما رفع الاخر (رواه الكاريم)
”Malu dan iman itu keduanya bergandengan, jika
hilang salah satunya, maka hilang pula yang lain”. (HR. Hakim)
KESIMPULAN
Aqidah merupakan suatu
keyakinan hidup yang dimiliki oleh manusia. Keyakinan hidup ini diperlukan
manusia sebagai pedoman hidup untuk mengarahkan tujuan hidupnya sebagai mahluk
alam. aqidahlah Pondasi aktifitas manusia itu tidak selamanya bisa tetap tegak
berdiri, maka dibutuhkan adanya sarana untuk memelihara pondasi yaitu ibadah.
Ibadah merupakan bentuk pengabdian dari seorang hamba kepada allah. Ibadah
dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada allah untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan terhadap allah.Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan
perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya, merendahkan diri kepada Allah Azza
wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa
mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi. dan yang mencakup seluruh apa yang
dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau perbuatan,
yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang paling
lengkap.
Sedangkan
Akhlak adalah salah satu dasar bagi pembentukan kepribadian individu dan
ruh stabilitas kehidupan ummat.
Aqidah sebagai dasar
pendidikan akhlak. Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah
yang kokoh dan ibadah yang benar , Karena akhlak tersarikan dari aqidah, aqidah
pun terpancarkan melalui ibadah. karena sesungguhnya aqidah yang kokoh
senantiasa menghasilkan amal ataua ibadah dan ibadah pun akan menciptakan
akhlakul karimah. Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscahya
akhlaknya pun akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah
salah maka akhlaknya pun akan salah. Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika
kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam juga lurus dan benar. Karena barang
siapa mengetahui sang pencipta dengan benar, niscahya ia akan dengan mudah berperilaku
baik sebagaimana perintah allah. Sehingga ia tidak mungkin menjauh bahkan
meninggalkan perilaku-perilaku yang telah ditetapkanya.
DAFTAR PUSTAKA
Hamka.
1982. Iman dan Amal Shaleh. Jakarta: Pustaka Panjimas
Asmaran.
2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zuhairi. Dkk. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi
Aksara.
Kaelany. 2009. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press
baik postingannya sangat membantu, mungkin ada baiknya juga selain unsur pendidikan masukkan unsur dirosahnya, terima kasih
BalasHapusatau sambil bertukar pikir bisakah, sebab akan saya masukkan budaya lokal kedalam unsur pendidikan secara umum agar tidak ada yg ingin mengoyak ngoyak pencasila, bhinnika tunggal ika, NKRI, dan UUD 1945 atau sering saya singkat PBNU, kalau boleh saya akan mulai menulis
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus