Minggu, 25 Agustus 2013

MEMIMPIKAN PAHLAWAN BARU

MEMIMPIKAN PAHLAWAN BARU :
MENAGIH KIPRAH PEMUDA
28 oktober, 10 november yang jatuh beberapa hari yang lalu merupakan salah satu roda perjalanan bangsa indonesia. 10 november merupakan kesempatan bagi segenap bangsa untuk mengabdikan potensinya dalam upaya mengisi pembangunan bangsa ini secara komperehensif dan berkeadilan.
Ukiran sejarah yang panjang menampilakan sosok yang mengawalinya (baca; pahlawan dan Pemuda) dua sosok penggerak nasionalisme. pemuda merekalah aset besar suatu bangsa. aset besar yang dapat menjadi fondasi tatanan dan roh stabilitas keberlangsungan hidup. pemuda dengan pemikirannya yang kritis dan inovatif adalah mesin penggerak dinamisme masyarkat kearah lebih baik.
Pemuda, bukan hanya anda dan saya, tetapi sekitar lebih kurang 86.017.500 penduduk indonesia adalah pemuda. sebuah renungan bersama  jika 80% dari 86 juta jiwa tersebut menggerakkan potensinya dan masyarkat untuk memikirkan nasib bangsa ini, dengan semangat persatuan tanpa mengenal muara rahim kita. maka kita pahlwan  yang di impikan peradaban. kita pun tak memrlukan bambu runcing ataupun senjata untuk berperang mempertahankan kedaulatan bangsa, tetapi cukup menerjang  kemiskinan, korpusi dan ketidakberdayaan hukum di indonesia.
Sebuah apersiasi besar yang pernah keluar  dari tokoh bersar republik ini “berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. jika kau beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” soekarno. bukanlah suatu hal yang dibesar-besarkan oleh bung karno, memang itulah sebaik-baik sandingan yang layak untuk pemuda.
Islam pun mengadirkan pahlawannya. siapa yang tidak mengenali muhammad al fatih, mehmed II, pemuda terbaik, pemimpin terbaik dengan pasukan yang terbaik kala itu, satu-satunya pemimpin muda yang mampu menaklukan peradaban romawi di konstantinopel, atau istambul, turiki sekarang ini. yang tak satu pun pemimpin sebelum mampu menaklukannya.
Annis Mata pun ikut angkat bicara dalam romantisme perkataannya “ pemuda adalah mereka yang bukan dipandang dari usia tapi pemuda adalah mereka yang memiliki jiwa semangat dan keberanian untuk bergerak” atau salahudin jursy “pemuda merekelah yang menundukan masa dan menopang tanah, merekalah yang memiliki cita-cita mengangkasa”
Kisah dan redaksional diatas merupakan ibrah dan impian besar. seakan menuntut gerakan selanjutnya. kepada pemuda yang melekat dengan sebutan akitivis.
Aktivis yang memiliki arti dialah anggota organisasi politik, buruh, petani dan mahasiswa.  merekalah agent of change, moral force dan iron stock. ketiga fungsi inilah ruh stabilitas pemuda. agent of change atau agen perubahan, menjadi fungsi bagi segenap aktivis untuk mencurahkan menularkan ide ataupun gagasan besar dan ideologi  mereka. moral force, kekuatan moral. karena eksistensi keberadaan peradaban, generasi memiliki ketergantungan terdahap kekuatan akhlak pemuda, kasus-kasu belakangan ini; tawuran, penggunaan narkoba mencoret catatan gemilang nan paripurna dari citranya. iron stock, generasi yang disiapkan dengan kampus yang menjadi wadah pembentukan karakter pola pikir kritis dan ideologis bukan apatis bahkan pragmatis yang menggerogoti nilai dan kekuatan idealnya.
Lembaran pergolakan reformasi 1998 telah merubah paradigma pemikiran politik bangsa indonesia, dan pemuda khususnya. kebebasan berbicara pun dijamin sepenuhnya oleh pemerintah, bangsa ini sudah tidak khawatir lagi melakukan aksi-aksi demonstrasi untuk menyampaikan aspirasinya. penangkapan-penangkapan aktivis mahasiswa pun sudah tidak terjadi lagi. artinya, iklim demokrasi di negara ini benar-benar hidup dan terjamin. akan tetapi fitrah manusia yang tidak pernah puas akan sesuatu membuat citra demokrasi rusak oleh orang-orang yang tidak senang bangsa ini mengerti dan peduli tentang permasalahan politik. citra demokrasi rusak oleh orang-orang yang lebih memilih pemerintahan otoriter dan absolut dari pada partisipasi, oleh orang-orang yang lebih memilih sistem patron-klien dari pada kesetaraan, dan oleh orang-orang yang lebih memilih sistem ketertutupan dari pada akuntabilitas dan tranparansi.
Reformasi dan demokrasi hampir dinikmati oleh seluruh kalangan bangsa indonesia. salah satu kalangan yang menikmati perubahan ini adalah mahasiswa. mahasiswa tidak bisa dilepaskan dari reformasi dan demokrasi. karena kalangan inilah yang disebut oleh pengamat-pengamat politik sebagai aktor utama reformasi dan demokrasi. lalu bagaimana mahasiswa menikmati reformasi dan demokrasi. lalu kita akan tampil sebagai pahlawan kesiangan dengan modal retorika tanpa isi dan vitamin? (iaj@)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar