MEMIMPIKAN PAHLAWAN BARU :
MENAGIH KIPRAH PEMUDA
28 oktober, 10 november yang jatuh beberapa hari yang lalu
merupakan salah satu roda perjalanan bangsa indonesia. 10 november merupakan
kesempatan bagi segenap bangsa untuk mengabdikan potensinya dalam upaya mengisi
pembangunan bangsa ini secara komperehensif dan berkeadilan.
Ukiran sejarah yang panjang
menampilakan sosok yang mengawalinya (baca; pahlawan dan Pemuda) dua sosok
penggerak nasionalisme. pemuda merekalah aset besar suatu bangsa. aset besar yang
dapat menjadi fondasi tatanan dan roh stabilitas keberlangsungan hidup. pemuda
dengan pemikirannya yang kritis dan inovatif adalah mesin penggerak dinamisme
masyarkat kearah lebih baik.
Pemuda, bukan hanya anda dan saya,
tetapi sekitar lebih kurang 86.017.500 penduduk indonesia adalah pemuda. sebuah
renungan bersama jika 80% dari 86 juta
jiwa tersebut menggerakkan potensinya dan masyarkat untuk memikirkan nasib
bangsa ini, dengan semangat persatuan tanpa mengenal muara rahim kita. maka
kita pahlwan yang di impikan peradaban.
kita pun tak memrlukan bambu runcing ataupun senjata untuk berperang
mempertahankan kedaulatan bangsa, tetapi cukup menerjang kemiskinan, korpusi dan ketidakberdayaan
hukum di indonesia.
Sebuah apersiasi besar yang pernah
keluar dari tokoh bersar republik ini
“berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. jika
kau beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” soekarno.
bukanlah suatu hal yang dibesar-besarkan oleh bung karno, memang itulah sebaik-baik
sandingan yang layak untuk pemuda.
Islam pun mengadirkan pahlawannya.
siapa yang tidak mengenali muhammad al fatih, mehmed II, pemuda terbaik,
pemimpin terbaik dengan pasukan yang terbaik kala itu, satu-satunya pemimpin
muda yang mampu menaklukan peradaban romawi di konstantinopel, atau istambul,
turiki sekarang ini. yang tak satu pun pemimpin sebelum mampu menaklukannya.
Annis Mata pun ikut angkat bicara
dalam romantisme perkataannya “ pemuda adalah mereka yang bukan dipandang dari
usia tapi pemuda adalah mereka yang memiliki jiwa semangat dan keberanian untuk
bergerak” atau salahudin jursy “pemuda merekelah yang menundukan masa dan
menopang tanah, merekalah yang memiliki cita-cita mengangkasa”
Kisah dan redaksional diatas
merupakan ibrah dan impian besar. seakan menuntut gerakan selanjutnya. kepada
pemuda yang melekat dengan sebutan akitivis.
Aktivis yang memiliki arti dialah
anggota organisasi politik, buruh, petani dan mahasiswa. merekalah agent of change, moral force dan
iron stock. ketiga fungsi inilah ruh stabilitas pemuda. agent of change
atau agen perubahan, menjadi fungsi bagi segenap aktivis untuk mencurahkan
menularkan ide ataupun gagasan besar dan ideologi mereka. moral force, kekuatan moral.
karena eksistensi keberadaan peradaban, generasi memiliki ketergantungan
terdahap kekuatan akhlak pemuda, kasus-kasu belakangan ini; tawuran, penggunaan
narkoba mencoret catatan gemilang nan paripurna dari citranya. iron stock,
generasi yang disiapkan dengan kampus yang menjadi wadah pembentukan karakter
pola pikir kritis dan ideologis bukan apatis bahkan pragmatis yang menggerogoti
nilai dan kekuatan idealnya.
Lembaran pergolakan
reformasi 1998 telah merubah paradigma pemikiran politik bangsa indonesia, dan
pemuda khususnya. kebebasan berbicara pun dijamin sepenuhnya oleh pemerintah,
bangsa ini sudah tidak khawatir lagi melakukan aksi-aksi demonstrasi untuk
menyampaikan aspirasinya. penangkapan-penangkapan aktivis mahasiswa pun sudah
tidak terjadi lagi. artinya, iklim demokrasi di negara ini benar-benar hidup
dan terjamin. akan tetapi fitrah manusia yang tidak pernah puas akan sesuatu
membuat citra demokrasi rusak oleh orang-orang yang tidak senang bangsa ini
mengerti dan peduli tentang permasalahan politik. citra demokrasi rusak oleh
orang-orang yang lebih memilih pemerintahan otoriter dan absolut
dari pada partisipasi, oleh orang-orang yang lebih memilih sistem patron-klien
dari pada kesetaraan, dan oleh orang-orang yang lebih memilih sistem
ketertutupan dari pada akuntabilitas dan tranparansi.
Reformasi dan
demokrasi hampir dinikmati oleh seluruh kalangan bangsa indonesia. salah satu
kalangan yang menikmati perubahan ini adalah mahasiswa. mahasiswa tidak bisa
dilepaskan dari reformasi dan demokrasi. karena kalangan inilah yang disebut
oleh pengamat-pengamat politik sebagai aktor utama reformasi dan demokrasi. lalu
bagaimana mahasiswa menikmati reformasi dan demokrasi. lalu kita akan tampil
sebagai pahlawan kesiangan dengan modal retorika tanpa isi dan vitamin? (iaj@)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar