Senin, 09 Januari 2012

FILSAFAT PENDIDIKAN

ISLAM, FILSAFAT PENDIDIKAN KONTEMPORER DAN TOKOH FILSAFAT PENDIDIKAN









Disajikan Sebagai Tugas Pribadi Pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

Disusun Oleh :
Amran Marhamid (09260003)


Dosen Pembimbing :
Jamanuddin, M.Ag


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH PALEMBANG
2012




A. Filsafat Pendidikan Kontemporer
Sebelum kita memasuki apa itu filasafat pendidkan kontemorer, ada baiknya kita mengulang kembali filsafat iut sendiri sehingga kita dapat menemukan hakikat dan kebenaran akan definisi atau bentuk ideal dalam mendefinisikannya.
1. Filsafat
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
Ciri-ciri berfikir filosfi :Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi, Berfikir secara sistematis. Menyusun suatu skema konsepsi, da Menyeluruh.
2. Filsafat Pendidikan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Jadi dari definisi ini saya menarik sebuah kesimpulan jika filasafat pendidikan kontemporer adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan yang sedang terjadi atau kekinian.
Adapun aliran filsafat pendidikan kontemporer
a. Aliran Progresivisme
Aliran progresivisme mengakui dan berusaha mengembangkan asas progesivisme dalam sebuah realita kehidupan, agar manusia bisa survive menghadapi semua tantangan hidup. Dinamakan instrumentalisme, karena aliran ini beranggapan bahwa kemampuan intelegensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan dan untuk mengembangkan kepribadiaan manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori. Dan dinamakan environmentalisme, Karena aliran ini menganggap lingkungan hidup itu memengaruhi pembinaan kepribadiaan (Muhammad Noor Syam, 1987: 228-229) Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan saat ini. Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain (Ali, 1990: 146). Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Karena sekolah adalah bagian dari masyarakat. Dan untuk itu, sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis pendidikan dengan bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing (Zuhairini, 1991: 24).
Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge), melainkan juga berfungsi sebagai pemindahan nilai-nilai (transfer of value), sehingga anak menjadi terampildan berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.
Ciri Progresivisme :
• Suka melihat manusia sebagai pemecah persoalan (problem-solver) yang baik.
• Oposisi bagi setiap upaya pencarian kebenaran absolut.
• Lebih tertarik kepada perilaku pragmatis yang dapat berfungsi dan berguna dalam hidup.
• Pendidikan dipandang sebagai suatu proses.
• Mencoba menyiapkan orang untuk mampu menghadapi persoalan aktual atau potensial dengan keterampilan yang memadai.
• Pendidik adalah motivator dalam iklim demoktratis dan menyenangkan.
• Bergerak sebagai eksperimentasi alamiah dan promosi perubahan yang berguna untuk pribadi atau masyarakat.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
b. Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan cirri-cirinya yang berbeda dengan progesivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang meberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).
Ciri Esensialisme :
• Berkaitan dengan hal-hal esensial atau mendasar yang seharusnya manusia tahu dan menyadari sepenuhnya tentang dunia dimana mereka tinggal dan juga bagi kelangsungan hidupnya.
• Menekankan data fakta dengan kurikulum yang tampak bercorak vokasional.
• Konsentrasi studi pada materi-materi dasar tradisional seperti: membaca, menulis, sastra, bahasa asing, matematika, sejarah, sains, seni dan musik.
• Pola orientasinya bergerak dari skill dasar menuju skill yang bersifat semakin kompleks. Yakin pada nilai pengetahuan untuk kepentingan pengetahuan itu sendiri.
• Disiplin mental diperlukan untuk mengkaji informasi mendasar tentang dunia yang didiami serta tertarik pada kemajuan masyarakat teknis.
c. Aliran Perenialisme
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan zaman sekarang (Muhammad Noor Syam, 1986: 154). Dari pendapat ini diketahui bahwa perenialisme merupakan hasil pemikiran yang memberikan kemungkinan bagi sseorang untukk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah, perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah arsah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat, khususnya filsafat pendidikan.
Menurut perenialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi, dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami factor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.
Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Dan Sekolah, sebagai tempat utama dalam pendidikan, mempesiapkan anak didik ke arah kematangan akal dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan tugas utama guru adalah memberikan pendidikan dan pengajaran (pengetahuan) kepada anak didik. Dengan kata lain, keberhasilan anak dalam nidang akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.
Perennial Religius: Membimbing individu kepada kebenaran utama (doktrin, etika dan penyelamatan religius). Memakai metode trial and error untuk memperoleh pengetahuan proposisional. Perennial Sekuler: Promosikan pendekatan literari dalam belajar serta pemakaian seminar dan diskusi sebagai cara yang tepat untuk mengkaji hal-hal yang terbaik bagi dunia (Socratic method). Disini, individu dibimbing untuk membaca materi pengetahuan secara langsung dari buku-buku sumber yang asli sekaligus teks modern. Pembimbing berfungsi memformulasikan masalah yang kemudian didiskusikan dan disimpulkan oleh kelas. Sehingga, dengan iklim kritis dan demokratis yang dibangun dalam kultur ini, individu dapat mengetahui pendapatnya sendiri sekaligus menghargai perbedaan pemikiran yang ada.
d. Aliran Rekonstruksionisme
Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa Inggris reconstruct, yang berarti menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstruksionisme merupakan suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme pada prinsipnya sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu berawal dari krisis kebudayaan modern. Menurut Muhammad Noor Syam (1985: 340), kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang mempumyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan, dan kesimpangsiuran.
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia merupakan tugas semua umat manusia. Karenanya, pembinaan kembali daya intelektual dan spiritual yang sehat melalui pendidikan yang tepat akan membina kembali manusia dengan nilai dan norma yang benar pula demi generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam pengawasan umat manusia.
Di samping itu, aliran ini memiliki persepsi bahwa masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur dan diperintah oleh rakyat secara demokratis, bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu. Cita-cita demokrasi yang sesungguhnya tidak hanya teori, tetapi mesti diwujudkan menjadi kenyataan, sehingga mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit,, keturunan, nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
Ciri Rekonstruksionisme :
• Promosi pemakaian problem solving tetapi tidak harus dirangkaikan dengan penyelesaian problema sosial yang signifikan.
• Mengkritik pola life-adjustment (perbaikan tambal-sulam) para Progresivist.
• Pendidikan perlu berfikir tentang tujuan-tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Untuk itu pendekatan utopia pun menjadi penting guna menstimuli pemikiran tentang dunia masa depan yang perlu diciptakan.
• Pesimis terhadap pendekatan akademis, tetapi lebih fokus pada penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-unsur kehidupan.
• Pendidikan berdasar fakta bahwa belajar terbaik bagi manusia adalah terjadi dalam aktivitas hidup yang nyata bersama sesamanya.
e. Aliran Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar. Adapun cirri-cirinya sebagai berikut :
• Menekankan pada individual dalam proses progresifnya dengan pemikiran yang merdeka dan otentik.
• Pada dasarnya perhatian dengan kehidupan sebagai apa adanya dan tidak dengan kualitas-kualitas abstraknya.
• Membantu individu memahami kebebasan dan tanggung jawab pribadinya. Jadi, menggunakan pendidikan sebagai jalan mendorong manusia menjadi lebih terlibat dalam kehidupan sebagaimana pula dengan komitmen tindakannya.
• Individu seharusnya senantiasa memperbaiki diri dalam kehidupan dunia yang terus berubah.
• Menekankan pendekatan “I-Thou” (Aku-Kamu) dalam proses pendidikan, baik guru maupun murid.
• Promosikan pendekatan langsung-mendalam (inner-directed) yang humanistik; dimana siswa bebas memilih kurikulum dan hasil pendidikannya.
f. Aliran Behavioral Engineering (Rekayasa Perilaku)
• Kehendak bebas adalah ilusi (Free-will is illusory).
• Percaya bahwa sikap manusia kebanyakan merefleksikan tingkah laku dan tindakan yang terkondisikan oleh lingkungan.
• Memakai metode pengkondisian sebagai cara untuk mengarahkan sikap manusia.
• Pendidik perlu membangun suatu lingkungan pendidikan dimana individu didorong melalui ganjaran dan hukuman untuk kebaikan mereka dan orang lain.
B. Tokoh-tokoh Filsafat Islam
1. Ibnu Thufail
Ibnu thufail terkenal dengan filosof muslim yang gemar menuangkan pemikiran kefilsafatannya melalui kisah-kisah yang ajaib dan penuh kebenaran. Ia adalah Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Thufail, dilahirkan di Wadi Asy dekat Granada, pada tahun 506 H/1110 M. kegiatan ilmiahnya meliputi kedokteran, kesusteraan, matematika dan filsafat. Yang merupakan intisari pikiran-pikiran filsafat Ibnu Thufail, dan telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Satu manuskrip di perpustakaan Escurial yang berjidul Asrar al-Hikmat al-Masyriqiyyah (Rahasia-Rahasia Filsafat Timur) tidak lain adalah bagian dari risalah Hay bin Yaqadhan. Beliau berpendapat bahwa yang jalan yang ditempuh oleh filsafat adalah akal dan yang ditempuh oleh agama adalah wahyu. Tegasnya, menurut Ibnu Thufail ada dua jalan untuk mengenal Tuhan yaitu dengan jalan akal atau dengan jalan syari’at. Kedua jalan tidaklah bertentangan, karena akhir daripada filsafat adalah mengenai Allah. Selain itu Ibnu Thufail akhirnya mengakui juga bahwa agama lebih praktis untuk menuntun secara langsung keselamatan manusia dalam hidupnya. Filsafat dapat dipakai untuk makrifat kepada Tuhan, tetapi untuk amal kehidupan manusia sendiri filsafat itu terlalu ideal dan teoritis.
Sesudah itu ia mengatakan bahwa tujuan filsafat tersebut ialah memperoleh kebahagiaan dengan jalan dapat berhubungan dengan Akal Faal melalui akal (pemikiran). Adapun karya Ibnu tufail diantaranya Hayy bin Yaqdhan
2. Al-Kindi
Ia lahir: 801 - wafat: 873, bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani pula. Banyak karya-karya para filsuf Yunani diterjemahkannya dalam bahasa Arab; antara lain karya Aristoteles dan Plotinus. Ia merupakan seorang tokoh besar dari bangsa Arab yang menjadi pengikut Aristoteles, yang telah memengaruhi konsep al Kindi dalam berbagai doktrin pemikiran dalam bidang sains dan psikologi. Argumen diskursif dan tindakan demonstratif ia anggap sebagai pengaruh dari intelek ketiga dan yang keempat. Dalam ontologi dia mencoba mengambil parameter dari kategori-kategori yang ada, yang ia kenalkan dalam lima bagian: zat(materi), bentuk, gerak, tempat, waktu, yang ia sebut sebagai substansi primer.
Al Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian diselesaikan oleh Ibnu Sina (Avicenna) seabad kemudian. Ia juga tokoh pertama yang berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan yang dilancarkan oleh para bangsawan religius-ortodoks terhadap berbagai pemikiran yang dianggap bid'ah, dan dalam keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar Islam) al Kindi dapat membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan ortodoks itu.
3. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi
Ar Razi di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H./865 dan wafat pada tahun 313 H/925. Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.
4. Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (870-950)
Al-Farabi adalah ilmuwan dan filsuf Islam yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang ulung di dunia Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik.
Al-Farabi telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang musik, Kitab al-Musiqa. Selain itu, ia juga dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat musik. Selain itu dia adalah filsuf Islam pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan Islam serta berupaya membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu.
5. Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyid atau Averroes, adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia). Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan Ibnu Baja. Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai "Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.
6. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i
Ia lahir di Thus; 1058 / 450 H – meninggal di Thus; 1111 / 14 Jumadil Akhir 505 H; umur 52–53 tahun) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan . Sedangkan gelar asy-Syafi'i menunjukkan bahwa beliau bermazhab Syafi'i. Ia berasal dari keluarga yang miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan manusia. Ia pernah memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggaldunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya. Adapun karyanya : Mi`yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge),al-Qistas al-Mustaqim (The Just Balance), Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic)
Tokoh Filsafat Yunani dan Barat
1. Plato (428-348 SM)
Plato merupakan filosofi yunani yang aktif mengembangkan filsafat dengan mendirikan sekolah khusus yang disebut ‘academia’. Plato berpandangan bahwa konsep ide merupakan pandangan terdapat suatu dunia di balik alam kenyataan, sebagai hakikat dari segala yang ada. Artinya apa yang diamati sehari-hari adalah ide tersebut, sebagai sumber segala yang ada: kebaikan dan keburukan. Ide merupakan suatu hal yang objektif yang didalamnya berpusat dan dikendalikan oleh puncak ide yang digambarkan sebagai ide tentang kebaikan yang diformulasikan sebagai tuhan



2. Aristoteles (384 – 348 SM)
Aristoteles yang merupakan bapak ilmu berpandangan bahwa ilmu pendidikan dibangun melalui riset pendidikan. Riset merupakan suatu gerak maju dan kegiatan-kegiatan observasi menuju prinsip-prinsip umum yang bersifat menerangkan dan kembali kepada observasi. Pandangan ini berkembang pada abad 13 – 14.
Aristoteles berpandangan bahwa ilmuan hendaknya menarik kesimpulan secara induksi dan deduksi. Dalam tahapan induksi, generalisasi-generalisasi (kesimpulan-kesimpulan umum) tentang bentuk ditarik dari pengalaman pengindraan. Selanjutnya kesimpulan yang diperoleh dari tahapan induksi dipergunakan untuk premis-premis untuk deduksi dari pernyataan-pernyataan tentang observasi.
Penyempurnaan teori aristoteles dilakukan oleh beberapa filosofi lain yaitu:
a. Robert Grosseteste yang menyebutkan bahwa metode induktif-deduktif Aristoteles sebagai Metode perincian dan penggabungan. Tahap Induksi meruapakan sebuah perincian gejala yang menjadi unsur-unsur pokok dan tahap deduksi sebagai penggabungan unsur-unsur poko yang membentuk gejala asli.
b. Roger Bacon mengusulkan agar matematika dan eksperimen merupakan dua instrumen utama dari penyelidikan ilmiah. Dia mengemukakan ada tiga hak istimewa Ilmu Eksperimental : (1) kesimpulan yang diperoleh melalui penalaran induksi diuji lebih dulu dengan eksperimen; (2) penggunaan eksperimen dalam penyelidikan ilmiah menambah ketelitian dan keluasan pengetahuan faktual; (3) dengan kekuatannya sendiri, tanpa bantuan ilmu-ilmu lainnya, eksperimen dapat menyelidiki rahasia alam.
c. John Duns Scotus yang menegaskan sebuah metode induksi dalam bentuk persamaan, yaitu merupakan teknis analisis sejumlah hal khusus yang mempunyai pengaruh khusus terhadap peristiwa.
d. Ockham yang menegaskan metode induksi dalan bentuk perbedaan, bahwa ilmuwan dalam menyusun pengetahuan tentang apa yang diciptakan Tuhan dengan melalui induksi hanya terdapat kesatuan-kesatuan yang bersifat pembawaan di antara gejala-gejala. Metode Ockham membandingkan dua hal khusus dimana yang satu ada pengaruhnya dan satunya lagi tidak ada pengaruhnya.
3. Johan Amos Comenius
Filsuf pertama yang memperhatikan dan memberikan konsidensi terhadap orientasi pemikiran filsafat pendidikan adalah Johan Amos Comenius seorang pendeta Protestan. ia berpandangan bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan dan untuk Tuhan. Manusia diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir. Percikan pemikiran Comenius berpengaruh pada teori-teori pendidikannya. Salah satunya adalah peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan.

C. Ma’rifatul Islam
1. Pengertian Islam
Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah adalah penyempurnaan atas agama-agama yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul sebelumnya. Karena telah sempurna, tidak akan ada lagi agama baru. Islam adalah agama terakhir, yang berlaku hingga hari kiamat. Muhammad Agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah adalah penyempurnaan atas agama-agama yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul sebelumnya. Karena telah sempurna, tidak akan ada lagi agama baru. Islam adalah agama terakhir, yang berlaku hingga hari kiamat. Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam adalah nabi dan rasul terakhir, tidak ada lagi nabi dan rasul sesudahnya. Dan dengan kesempurnaannya, Islam ditujukan untuk seluruh umat manusia, bukan hanya untuk orang Arab saja.Nama Islam menurut bahasa memiliki beberapa makna, yang menunjukkan sifat dari agama ini.
a. ketundukan. Dengan memeluk Islam, seorang manusia akan tunduk patuh kepada Tuhannya karena merasa bahwa ia hanyalah seorang hamba yang tidak memiliki apa-apa dihadapan kebesaran dan keagungan-Nya.
b. berserah diri. Dengan memeluk Islam, seorang manusia telah menyerahkan dirinya kepada Allah karena merasa bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa, Dzat Yang Maha Mengatur, dan Dzat Yang Tidak Pernah Tidur. Ia yakin dan percaya bahwa Allah pasti senantiasa memberikan yang terbaik kepada hamba-hamba-Nya.
c. keselamatan. Islam adalah agama yang akan mengantarkan pemeluknya pada keselamatan yang hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Dan makna yang keempat adalah perdamaian. Ini artinya, Islam adalah agama yang tidak menginginkan terjadinya keonaran, kezhaliman, perusakan, dan anarki di muka bumi ini.
Islam adalah sistem yang diciptakan oleh Allah Yang Maha Sempurna, Islam memiliki kesempurnaan yang tidak dimiliki oleh sistem manapun. Kesempurnaan Islam (syumuliyatul islam) (QS 2:208) mencakup :
1. Kesempurnaan zaman (syumuliyatuz-zaman) (QS 34:28, QS 21:07, QS 33:40). Sudah berlaku sejak awal penciptaan manusia dan akan terus berlaku hingga akhir zaman. Seluruh nabi dan rasul membawa risalah yang sama yaitu membebaskan manusia dari penghambaan kepada makhluk menuju penghambaan kepada Al-Khaliq. Nabi Muhammad saw menjadi penutup era kenabian, maka tidak ada lagi risalah setelah itu.
2. Kesempurnaan sistem/pedoman (syumuliyatul minhaj) (QS 29:6, QS 29:69, QS 47:31, QS 3:104, QS 111:1-5, QS 112:1-4, QS 16:125, QS 41:33). Islam adalah sistem komprehensif yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pondasi Islam (al-asas) : aqidah atau keyakinan dan ideologi. Bangunan utamanya (al-bina’) : akhlak (moral dan perilaku terhadap sesama) dan ibadah (sikap terhadap Al-Khaliq). Tiang penopangnya (al-mu ayyidat) : jihad dan dakwah yang menjamin keutuhan dan kekokohan bangunan secara keseluruhan.
3. Kesempurnaan tempat (syumuliyatul makan) (QS 22:40, QS 2:163-164, QS 2:29, QS 67:15). Islam diturunkan untuk seluruh alam, bukan terbatas untuk bangsa Arab atau bangsa tertentu, tanpa membeda-bedakan warna kulit, ras maupun keturunan. Karena pencipta manusia adalah Pencipta yang Satub(wihdatul khaliq) yaitu Allah Swt. Dan mereka semua tinggal di alam dan planet yang sama (wihdatul kaum)
2. Karakteristik Islam
a. rabbaniyah. Maksudnya, ajaran agama Islam seluruhnya bersumber dari Allah dan menjadikan keridhaan-Nya sebagai orientasi puncak. Namun pada saat yang sama, Islam juga memiliki karakteristik insaniyah. Artinya, Islam tidak pernah lepas dari sisi-sisi kemanusiaan manusia. Islam senantiasa selaras dengan fitrah manusia. Demikian pula, ajaran-ajarannya senantiasa membawa kemaslahatan dan kebahagiaan hakiki bagi manusia. Friman Allah : “Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barangsiapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungannya.” (QS Ali Imran/3 : 19)
b. Syamil: meliputi segala aspek kehidupan manusia. Dalam Islam tidak dikenal adanya pemisahan antara urusan agama dan urusan dunia. Islam mengatur segala hal mulai dari kehidupan pribadi sampai kehidupan sosial, mulai dari masalah-masalah yang kecil dan kelihatan sepele sampai masalah-masalah yang besar.sebagaiman firman Allah : “ Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah/2 : 208)
c. Wasath (pertengahan) dan tawazun (seimbang). Islam menjunjung tinggi keadilan, namun juga mengedepankan kasih sayang. Islam sangat mengedepankan spiritualitas, namun juga menganjurkan manusia untuk memenuhi hak-hak dunianya. Dalam Islam, setiap pemeluknya diharuskan untuk memenuhi hak dari segala sesuatu, sesuai dengan porsinya masing-masing. Islam tidak membenarkan sikap ekstrem, yakni berlebih-lebihan.
d. Insaniyah (QS 21:107). “Dan Kami tidak Mengutus engkau (Muahammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Saba’ : 28)
e. Al-basathah (mudah) . “Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Di telah Memilih kamu, dan Dia tidak Menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang Muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat, dan berpegangteguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu, Dia sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS Al-Hajj : 78)
f. Al-‘adalah (adil) (QS 6:152, QS 4:135). “Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, sampai dia mencapai (usia) dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya. Apabila kamu berbicara, bicaralah sejujurnya, sekalipun dia kerabat(mu) dan penuhilah janji Allah. Demikianlah Dia Memerintahkan kepadamu agar kamu ingat.” (QS Al-An’am:152)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar