Mahasiswa apabila didefinisikan sebagai kaum
intelektual muda tentunya saat ini akan banyak pertanyaan yang mempertanyakanya.
Kenapa? sebab identitas sebagai intelektual muda seakan tidak terlihat dalam
diri para mahasiswa saat ini, khususnya dalam hal-hal aspek kemasyarakatan
seperti sosial, politik, agama dan budaya. Dimana mahasiswa yang sering
diidentikkan dengan sebutan agent of change dan iron stock, moral force atau yang lainnya yang selalu ada digarda terdepan
dengan gerakan-gerakan massif dan progressifnya ternyata bersikap apatis (tidak
mau tahu) dan hedonis (masa bodoh atau mementingkan diri sendiri).
Sedangkan Mahasiswa adalah aset besar negara. Aset yang memiliki berbagai potensi
yang dapat dikembangkan secara optimal, kitalah kelompok pilihan ditengah
masyarakat. Karena kita akan membicarakan tentang umur kita dimana akan
dihabiskan, tentang masa muda kita dimana dia usangkan dengan kerja apa ia di
manfaatkan. artinya tidak ada keraguan bahwa Mahasiswa memiliki peranan yang
strategis sebagai pondasi tatanan kehidupan manusia secara umum, karena jika
mereka adalah para pemuda yang baik dan terdidik dengan adab-adab, jiwa kritis
dan rasional, maka merekalah yang akan menyebarkan ide-ide kebaikan sebagai
cadangan ide besar masa depan.
Mendengar istilah
kata mahasiswa mungkin saat ini banyak orang yang sudah menganggapnya dengan
penyikapan dan sebutan yang bisa-bisa saja dengan berbagai perilaku dan sikap
yang ditunjukkan mahasiswa dalam melihat problematika sosial dimasyarakat yang
ada saat ini. Mahasiswa yang
seharusnya menjadi pilar-pilar perubahan dalam melakukan transformasi sosial
dan memberikan kontribusi-kontribusi positif dengan ide-ide solutifnya sudah
mulai terkikis dengan kehidupan glamour terbawa arus modernitas zaman. Padahal
sejarah telah membuktikan dalam tinta emasnya ditangan mahasiswalah perubahan
itu terjadi. Sejarah memuat perjuangan para mahasiswa, era 1908, 1966, 1998
adalah sepenggal peninggalan anak bangsa.
Mahasiswa yang selalu
mengedepankan filosofi tri dharma perguruan tinggi yang memuat aspek pendidikan
penelitan dan pengabdian kemasyarakat semestinya senantiasa berfikir logis,
kritis dan idealis melihat kondisi bangsa dan negaranya. Kemiskinan yang
merajalela, kebodohan yang ada ditengah-tengah masyarakat, kasus korupsi dan
sebagainya seharusnya membangkitkan dan menyadarkan akan peran penting
mahasiswa dalam melakukan perubahan dan perbaikan. Tapi sangat disayangkan
realitas yang ada saat ini dimana mahasiswa hari ini disibukkan oleh hal-hal yang
sia-sia, tidak bermanfaat dan terpedaya oleh arus media, opini yang tidak mampu
untuk direduksi.
Sadar atau tidak
istilah-istilah seperti agent of change, dan sebagainya tersebut sudah mulai
menghilang dari jati diri yang asasi dari mahasiswa sebagai generasi harapan
bangsa dengan maraknya tindakan-tindakan bodoh yang dilakukan mahasiswa hari
ini. Baik tindakan
kriminal seperti penyalahgunaan narkoba, sex bebas dan tindakan-tindakan
anarkisme yaitu tawuran antar mahasiswa dan kerusuhan-kerusuhan yang sering
dilakukan mahahasiswa sendiri dalam aksi-aksi turun kejalannya. Aksi turun jalan
dalam menyuarakan aspirasi rakyat yang seharusnya mendapat simpati malah
hujatan akibat tindakan-tindakan anarkis yang mengganggu ketertiban umum.
Sungguh ironis!, tapi mau diakata apa? inilah realitas yang ada.
Mahasiswa, bukan hanya anda dan saya, tetapi sekitar
lebih kurang 86.017.500 penduduk indonesia adalah pemuda, Mahasiswa. sebuah
renungan bersama jika 80% dari 86 juta
jiwa tersebut menggerakkan potensinya dan masyarkat untuk memikirkan nasib
bangsa ini, dengan semangat persatuan tanpa mengenal muara rahim kita. maka
kita pahlwan yang di impikan peradaban.
kita pun tak memrlukan bambu runcing ataupun senjata untuk berperang
mempertahankan kedaulatan bangsa, tetapi cukup menerjang kemiskinan, korpusi dan ketidakberdayaan
hukum di indonesia.
Namun, Tindakan-
tindakan mahasiswa dalam berbagai aksinya tidak lagi mencerminkan cikal bakal
generasi intelektual yang mengedepankan aspek konseptual dan moral bukan
emosional sebagai harapan masa depan bangsa. Mahasiswa seringkali menunjukkan sikap
anarkisme (kekerasan) dan pragmatism (mencari keuntunga) karena banyak
dibekingi partai politik. Sehingga opini yang terbentuk dimasyarakat dalam
beberapa tahun belakangan ini mahasiswa dipandang tidak lagi sebagai agent of
change tetapi sebagai agent of destroyer yang senantiasa mengganggu ketertiban
umum dan kehidupan bermasyarakat.
Permasalahannya tidak
sampai disitu, ditambah sikap apatis mahasiswa dalam melihat kondisi sekitarnya
secara fakta dan realita yang menyangkut masa depan bangsa dan negeri ini serta
keberadaan orang banyakpun sudah merajalela tertanam dalam diri mahasiswa hari
ini. Sungguh tragis, kepekaan
dan sikap kritis yang seharusnya menjadi life style, mind style dan paradigma
idealis para mahasiswa dalam berfikir kini malah justru dilupakan bahkan
ditinggalkan. Jiwa reformis dan revolusioner seakan menghilang dalam sanubari
hati nurani mahasiswa sebagai kaum intelektual muda yang akan menjadi iron
stock (cadangan dimasa depan) baik berupa ide dan konsep pemikirannya,
kontribusi dan kerja-kerja nyatanya.
Adapun perilaku hedonis
dengan budaya konsumerisme yang sering dilakukan para mahasiswa dengan
mengatasnamakan modernitas dan life style seakan-akan menyempurnakan sikap dan
kondisi mahasiswa hari ini yaitu apatis dan hedonis sehingga menghasilkan
sifat-sifat personal yang kerdil yaitu individualistik apatis-hedonis life
style. Mementingkan diri sendiri tidak peduli dengan keadaan yang ada, kondisi
sekitar juga orang lain, miskin ide, mudah frustasi, bertingkah laku bodoh dan
semaunya. Itulah sifat dan sikap yang terlihat dalam diri mahasiswa hari ini...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar