Senin, 16 September 2013

Profil Masa Depan

Mahasiswa apabila didefinisikan sebagai kaum intelektual muda tentunya saat ini akan banyak pertanyaan yang mempertanyakanya. Kenapa? sebab identitas sebagai intelektual muda seakan tidak terlihat dalam diri para mahasiswa saat ini, khususnya dalam hal-hal aspek kemasyarakatan seperti sosial, politik, agama dan budaya. Dimana mahasiswa yang sering diidentikkan dengan sebutan agent of change dan iron stock, moral force atau yang lainnya yang selalu ada digarda terdepan dengan gerakan-gerakan massif dan progressifnya ternyata bersikap apatis (tidak mau tahu) dan hedonis (masa bodoh atau mementingkan diri sendiri).
Sedangkan Mahasiswa adalah aset besar negara. Aset yang memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan secara optimal, kitalah kelompok pilihan ditengah masyarakat. Karena kita akan membicarakan tentang umur kita dimana akan dihabiskan, tentang masa muda kita dimana dia usangkan dengan kerja apa ia di manfaatkan. artinya tidak ada keraguan bahwa Mahasiswa memiliki peranan yang strategis sebagai pondasi tatanan kehidupan manusia secara umum, karena jika mereka adalah para pemuda yang baik dan terdidik dengan adab-adab, jiwa kritis dan rasional, maka merekalah yang akan menyebarkan ide-ide kebaikan sebagai cadangan ide besar masa depan.
Mendengar istilah kata mahasiswa mungkin saat ini banyak orang yang sudah menganggapnya dengan penyikapan dan sebutan yang bisa-bisa saja dengan berbagai perilaku dan sikap yang ditunjukkan mahasiswa dalam melihat problematika sosial dimasyarakat yang ada saat ini. Mahasiswa yang seharusnya menjadi pilar-pilar perubahan dalam melakukan transformasi sosial dan memberikan kontribusi-kontribusi positif dengan ide-ide solutifnya sudah mulai terkikis dengan kehidupan glamour terbawa arus modernitas zaman. Padahal sejarah telah membuktikan dalam tinta emasnya ditangan mahasiswalah perubahan itu terjadi. Sejarah memuat perjuangan para mahasiswa, era 1908, 1966, 1998 adalah sepenggal peninggalan anak bangsa.
Mahasiswa yang selalu mengedepankan filosofi tri dharma perguruan tinggi yang memuat aspek pendidikan penelitan dan pengabdian kemasyarakat semestinya senantiasa berfikir logis, kritis dan idealis melihat kondisi bangsa dan negaranya. Kemiskinan yang merajalela, kebodohan yang ada ditengah-tengah masyarakat, kasus korupsi dan sebagainya seharusnya membangkitkan dan menyadarkan akan peran penting mahasiswa dalam melakukan perubahan dan perbaikan. Tapi sangat disayangkan realitas yang ada saat ini dimana mahasiswa hari ini disibukkan oleh hal-hal yang sia-sia, tidak bermanfaat dan terpedaya oleh arus media, opini yang tidak mampu untuk direduksi.
Sadar atau tidak istilah-istilah seperti agent of change, dan sebagainya tersebut sudah mulai menghilang dari jati diri yang asasi dari mahasiswa sebagai generasi harapan bangsa dengan maraknya tindakan-tindakan bodoh yang dilakukan mahasiswa hari ini. Baik tindakan kriminal  seperti penyalahgunaan narkoba, sex bebas dan tindakan-tindakan anarkisme yaitu tawuran antar mahasiswa dan kerusuhan-kerusuhan yang sering dilakukan mahahasiswa sendiri dalam aksi-aksi turun kejalannya. Aksi turun jalan dalam menyuarakan aspirasi rakyat yang seharusnya mendapat simpati malah hujatan akibat tindakan-tindakan anarkis yang mengganggu ketertiban umum. Sungguh ironis!, tapi mau diakata apa? inilah realitas yang ada.
Mahasiswa, bukan hanya anda dan saya, tetapi sekitar lebih kurang 86.017.500 penduduk indonesia adalah pemuda, Mahasiswa. sebuah renungan bersama  jika 80% dari 86 juta jiwa tersebut menggerakkan potensinya dan masyarkat untuk memikirkan nasib bangsa ini, dengan semangat persatuan tanpa mengenal muara rahim kita. maka kita pahlwan  yang di impikan peradaban. kita pun tak memrlukan bambu runcing ataupun senjata untuk berperang mempertahankan kedaulatan bangsa, tetapi cukup menerjang  kemiskinan, korpusi dan ketidakberdayaan hukum di indonesia.
Namun, Tindakan- tindakan mahasiswa dalam berbagai aksinya tidak lagi mencerminkan cikal bakal generasi intelektual yang mengedepankan aspek konseptual dan moral bukan emosional sebagai harapan masa depan bangsa. Mahasiswa seringkali menunjukkan sikap anarkisme (kekerasan) dan pragmatism (mencari keuntunga) karena banyak dibekingi partai politik. Sehingga opini yang terbentuk dimasyarakat dalam beberapa tahun belakangan ini mahasiswa dipandang tidak lagi sebagai agent of change tetapi sebagai agent of destroyer yang senantiasa mengganggu ketertiban umum dan kehidupan bermasyarakat.
Permasalahannya tidak sampai disitu, ditambah sikap apatis mahasiswa dalam melihat kondisi sekitarnya secara fakta dan realita yang menyangkut masa depan bangsa dan negeri ini serta keberadaan orang banyakpun sudah merajalela tertanam dalam diri mahasiswa hari ini. Sungguh tragis, kepekaan dan sikap kritis yang seharusnya menjadi life style, mind style dan paradigma idealis para mahasiswa dalam berfikir kini malah justru dilupakan bahkan ditinggalkan. Jiwa reformis dan revolusioner seakan menghilang dalam sanubari hati nurani mahasiswa sebagai kaum intelektual muda yang akan menjadi iron stock (cadangan dimasa depan) baik berupa ide dan konsep pemikirannya, kontribusi dan kerja-kerja nyatanya.
Adapun perilaku hedonis dengan budaya konsumerisme yang sering dilakukan para mahasiswa dengan mengatasnamakan modernitas dan life style seakan-akan menyempurnakan sikap dan kondisi mahasiswa hari ini yaitu apatis dan hedonis sehingga menghasilkan sifat-sifat personal yang kerdil yaitu individualistik apatis-hedonis life style. Mementingkan diri sendiri tidak peduli dengan keadaan yang ada, kondisi sekitar juga orang lain, miskin ide, mudah frustasi, bertingkah laku bodoh dan semaunya. Itulah sifat dan sikap yang terlihat dalam diri mahasiswa hari ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar