Rabu, 18 September 2013

Perang Ke masa Bodoh-an

Syaikh Muhammad bin Ibrahim al Hamd : “Tidaklah kebebasan orang yang membiarkan dirinya dijerat syahwat dan esenangan, masa bodoh dengan perkara halal dan haram, dan tidak mau tahu dengan akibatnya”.

Menuduh berbohong seperti berpantun. Menolak tuduhan bohong adalah reaksinya. Maka ketika banyak sekali muncul kasus-kasus besar yang menhebohkan di negeri pertiwi ini, semakin ramai dan disibukannya bangsa ini dan kita saksikan panggung untuk berbalas pantun. Dan masyarakat pun di buat binggung dengan lakon-lakon yang diperankan. Lalu apatis yang menjadi hasil kesimpulannya.
Kita pun menyaksikan tokoh agama menuduh pemertintah melakukan kebohongan. Presiden tidak terima disebut pembohong. Lalu pertemuan digelar. Klarifikasi disamapaikan. Tetapi belum dianggap memuaskan sesudah itu Majelis ulama indonesia sebagai pion menghimbau agar para tokoh agama tidak membuat kegaduan bila mengkritik pemerintahan. Yang lain meminta agar tokoh agama tidak ambisi politik. Para tokoh agama pun menolak tuduhan ambisi politik itu. Dan sebagaian kita pun binggung. Tidak mau peduli.
Ini mengingatkan kita tentang pernyataan yang dilontarkan oleh agen pesepak bola asal Brazil Neymar de santos, Wagner Ribeiro. Bak kebakaran jenggot saat agen Ronaldo, Jorge Mendes, menyindir pemainnya. Saat itu, Mendes menyebut bintang baru Barcelona itu tak sebagus Ronaldo yang kini jadi andalan Real Madrid.
Ucapan Mendes itu langsung mendapat reaksi dari Ribeiro. "Neymar dan Ronaldo lahir di hari yang sama yakni 5 Februari. Tapi di usia Neymar (21 tahun), Cristiano Ronaldo hanya pemain medioker," kata Ribeiro di akun twitternya. "Sekarang, dia (Ronaldo) berhasil melewati Neymar ketika bertambah berat badannya," lanjut Ribeiro menggambarkan usia Ronaldo yang kini telah mencapai 28 tahun.
Neymar bergabung dengan Barcelona dari Santos awal musim ini setelah sebelumnya berhasil mempersembahkan Copa Libertadores 2011 di level klub dan Piala Konfederasi bersama timnas Brasil.
Menariknya, Ronaldo juga bergabung dengan klub elit Eropa saat berusia 21 tahun. Pada 2003, Ronaldo hijrah ke Manchester United dari klub Portugal, Sporting Lisbon. (sumber : http://bola.viva.co.id/news/)
Menuduh bohong seperti bergayung. Menolak tuduhan bohong adalah sambutannya. Maka ketika Sebagian Ulama yang di nahkodai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan lantang menolak pergelaran Miss World 2013 di Bali. Sebagian lain mendukung pergelaran konteks kecantikan tersebut. Sedangkan pemerintah atau pun Kementrian Agama hanya diam, seolah tidak tahu. Dan kitapun melihat gayung bersambut dalam berbalas pantun. Yang satu setuju dan yang satu menolak dengan dalil masing-masing. Masyarakat pun menjadi tidak peduli.
Maka masyarakat pun terbelah-belah menurut opini yang mereka serap dan simpulkan. Sebagian melegitimasi fatwa  MUI benar dan ada sebagian menganggap kegiatan ini sebagai pencitraan indonesia sebagai negara yang aman tanpa terorisme. Sebagian yang lain beranggapan kegiatan tersebut sebagai wadah kreatifitas dan seni. Sudah dapat diduga tidak semua menolak dan tidak semua setuju. Tidak sedikit dari kita pun binggung. Sesudah itu apatis.
Atau kita merefleksikan kasus yang sudah ditelan oleh kasus lain. Gayus sang aktor film trailer “Mafia Pajak” yang tiba-tiba menuding Satgas Pemberatasan Mafia Hukum telah banyak melakukan rekayasa atas dirinya, para personil satgas pun membantah. Yang satu menolak tuduhan dan yang satu menuduh.
Kekuasaan diperoleh melalui hajatan politik. Politik menjadi kendaraan untuk mengejawantakan cita-cita besar yang termuat melaui pertarungan gagasan-gagasan yang panjang. Hajatan politik ada yang langsung dan ada yang terselubung dengan rapi dan terorganisir. Dan mimpi kita hari ini adalah semua hiruk pikuk dan kegamangan yang dibuat bisa bersih dari intervensi dan infiltrasi politik yang memandang politik hanyalah permainan kekuasaan, pemenuhan hawa nafsu dan egoisitas.
Negara kita dewasa ini haus akan orang-orang yang totalitas untuk berjuang melaui bidangnya. Haus dengan sosok yang sadar dengan kondisi bangsanya dan berusaha melalui ide, Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Alam untuk menciptakan kondisi yang lebik baik. Anis matta dalam bukunya “Mencari Pahlawan Indonesia” memaparkan. Pahlawan adalah orang biasa yang melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, dalam masa yang panjang, sampai waktu mereka habis. Pahlawan bukanlah orang suci dari langit yang turunkan ke bumi untuk menyelesaikanpersoalan manusia dengan mukjizat, secepat kilat untuk kemudian kembali ke langit. Dan Krisis adalah takdir semua bangsa. la tidak perlu disesali. Apalagi dikutuk. Kita hanya perlu meyakini sebuah kaidah, bahwa masalah kita bukan pada krisis itu. Tapi pada kelangkaan pahlawan saat krisis itu lerjadi. Itu tanda kelangsungan hidup atau kehancuran sebuah bangsa. Krisis pun membentuk sosok dan pribadi yang baru (Pahlawan).
Namun permainkan para aktor bangsa ini yang tidak seharusnya menjadi tokoh, yang menjadi pejabat, yang punya wewenang, yang punya kuasa, yang punya massa, terus menerus meyuburkan rasa kegundahan dan kebingungan pada setiap jiwa yang rentan di Negeri ini. Seharusnya mereka membela, melakukan tindakan-tindakan yang preventif dan solutif bukan menikmati panggung hiburan di kursi kekuasaan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar