Syaikh Muhammad bin Ibrahim al Hamd : “Tidaklah kebebasan orang yang membiarkan dirinya dijerat syahwat dan esenangan, masa bodoh dengan perkara halal dan haram, dan tidak mau tahu dengan akibatnya”.
Menuduh
berbohong seperti berpantun. Menolak tuduhan bohong adalah reaksinya. Maka
ketika banyak sekali muncul kasus-kasus besar yang menhebohkan di negeri
pertiwi ini, semakin ramai dan disibukannya bangsa ini dan kita saksikan
panggung untuk berbalas pantun. Dan masyarakat pun di buat binggung dengan
lakon-lakon yang diperankan. Lalu apatis yang menjadi hasil kesimpulannya.
Kita
pun menyaksikan tokoh agama menuduh pemertintah melakukan kebohongan. Presiden
tidak terima disebut pembohong. Lalu pertemuan digelar. Klarifikasi
disamapaikan. Tetapi belum dianggap memuaskan sesudah itu Majelis ulama
indonesia sebagai pion menghimbau agar para tokoh agama tidak membuat kegaduan
bila mengkritik pemerintahan. Yang lain meminta agar tokoh agama tidak ambisi
politik. Para tokoh agama pun menolak tuduhan ambisi politik itu. Dan sebagaian
kita pun binggung. Tidak mau peduli.
Ini
mengingatkan kita tentang pernyataan yang dilontarkan oleh agen pesepak bola
asal Brazil Neymar de santos, Wagner Ribeiro. Bak kebakaran jenggot saat agen
Ronaldo, Jorge Mendes, menyindir pemainnya. Saat itu, Mendes menyebut bintang
baru Barcelona itu
tak sebagus Ronaldo yang kini jadi andalan Real Madrid.
Ucapan
Mendes itu langsung mendapat reaksi dari Ribeiro. "Neymar dan Ronaldo
lahir di hari yang sama yakni 5 Februari. Tapi di usia Neymar (21 tahun),
Cristiano Ronaldo hanya pemain medioker," kata Ribeiro di akun
twitternya. "Sekarang, dia (Ronaldo) berhasil melewati Neymar ketika
bertambah berat badannya," lanjut Ribeiro menggambarkan usia Ronaldo
yang kini telah mencapai 28 tahun.
Neymar
bergabung dengan Barcelona dari
Santos awal musim ini setelah sebelumnya berhasil mempersembahkan Copa
Libertadores 2011 di level klub dan Piala Konfederasi bersama timnas Brasil.
Menariknya,
Ronaldo juga bergabung dengan klub elit Eropa saat berusia 21 tahun. Pada 2003,
Ronaldo hijrah ke Manchester United dari klub Portugal, Sporting Lisbon. (sumber
: http://bola.viva.co.id/news/)
Menuduh
bohong seperti bergayung. Menolak tuduhan bohong adalah sambutannya. Maka
ketika Sebagian Ulama yang di nahkodai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dengan lantang menolak pergelaran Miss World 2013 di Bali. Sebagian lain
mendukung pergelaran konteks kecantikan tersebut. Sedangkan pemerintah atau pun
Kementrian Agama hanya diam, seolah tidak tahu. Dan kitapun melihat gayung
bersambut dalam berbalas pantun. Yang satu setuju dan yang satu menolak dengan
dalil masing-masing. Masyarakat pun menjadi tidak peduli.
Maka
masyarakat pun terbelah-belah menurut opini yang mereka serap dan simpulkan.
Sebagian melegitimasi fatwa MUI benar
dan ada sebagian menganggap kegiatan ini sebagai pencitraan indonesia sebagai
negara yang aman tanpa terorisme. Sebagian yang lain beranggapan kegiatan
tersebut sebagai wadah kreatifitas dan seni. Sudah dapat diduga tidak semua
menolak dan tidak semua setuju. Tidak sedikit dari kita pun binggung. Sesudah
itu apatis.
Atau
kita merefleksikan kasus yang sudah ditelan oleh kasus lain. Gayus sang aktor
film trailer “Mafia Pajak” yang tiba-tiba menuding Satgas Pemberatasan Mafia
Hukum telah banyak melakukan rekayasa atas dirinya, para personil satgas pun
membantah. Yang satu menolak tuduhan dan yang satu menuduh.
Kekuasaan
diperoleh melalui hajatan politik. Politik menjadi kendaraan untuk
mengejawantakan cita-cita besar yang termuat melaui pertarungan gagasan-gagasan
yang panjang. Hajatan politik ada yang langsung dan ada yang terselubung dengan
rapi dan terorganisir. Dan mimpi kita hari ini adalah semua hiruk pikuk dan
kegamangan yang dibuat bisa bersih dari intervensi dan infiltrasi politik yang
memandang politik hanyalah permainan kekuasaan, pemenuhan hawa nafsu dan
egoisitas.
Negara kita dewasa ini haus akan orang-orang
yang totalitas untuk berjuang melaui bidangnya. Haus dengan sosok yang sadar
dengan kondisi bangsanya dan berusaha melalui ide, Sumber Daya Manusia, Sumber Daya
Alam untuk menciptakan kondisi yang lebik baik. Anis matta dalam bukunya “Mencari
Pahlawan Indonesia” memaparkan. Pahlawan adalah orang biasa yang melakukan pekerjaan-pekerjaan
besar, dalam masa yang panjang, sampai
waktu mereka habis. Pahlawan bukanlah orang suci dari langit yang turunkan ke
bumi untuk menyelesaikanpersoalan manusia dengan mukjizat, secepat kilat
untuk kemudian kembali ke langit. Dan Krisis adalah takdir semua bangsa. la tidak perlu disesali.
Apalagi dikutuk. Kita hanya perlu meyakini sebuah kaidah, bahwa
masalah kita bukan pada krisis itu. Tapi pada kelangkaan pahlawan saat krisis
itu lerjadi. Itu tanda kelangsungan hidup atau kehancuran sebuah bangsa. Krisis pun membentuk
sosok dan pribadi yang baru (Pahlawan).
Namun permainkan para aktor bangsa ini
yang tidak seharusnya menjadi tokoh, yang menjadi pejabat, yang punya wewenang,
yang punya kuasa, yang punya massa, terus menerus meyuburkan rasa kegundahan
dan kebingungan pada setiap jiwa yang rentan di Negeri ini. Seharusnya mereka
membela, melakukan tindakan-tindakan yang preventif dan solutif bukan menikmati
panggung hiburan di kursi kekuasaan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar