CERMIN
NELANGSA
Individu adalah komponen terkecil didalam tatanan masyarakat. Dia
memegang peranan penting dalam menentukan perjalanan dan bentuk masyarakat itu sendiri. Maka tonggak perbaikan masyarakat adalah
individu yang cerdas dan bersih. Cerdas dalam memandang sesuatu secara
proposional, tidak ditambah dan dikurang. Dan Bersih yang menyangkut kondisi hati, hati yang dapat
mencintai dan menyayangi orang lain.
Soal hati dan perasaan Imam Syahid melaui taujihnya; “seandainya mereka
bela dada ini maka yang akan tampak adalah wajah-wajah mereka, dan
permasalhan-permasalahan mereka. Inilah bukti cinta perasaan”.
Maka jelas, Kredibilitas individu karena kekuatan akhlak, dan kekokohan
aqidah akan sangat memperngaruhi kredibilitas masyarakat. Dewasa iini kita
harus belajar dari sebuah sejarah, karena sejarahlah kita bisa mempelajari peraturan antar
peristiwa, memahami sebuah perubahan dan memahami narasi hari kemarin hari ini
dan hari esok yang kesemuanya memiliki keterkaitan. Minimal ada dua model sejarah
yang kita temukan, pertama model sejarah yang bisa kita sebut model sejarah
jahiliyah dan kedua model sejarah Islamiyah wa rabbaniyah, dimana individu
adalah kunci dari bangunan sejarah dan peradaban.
3 (Tiga) Aspek yang membentuk Peradaban,
sejarah : al asykhoos; manusia, al Afkar; ide, gagasan dan al wasaail
mawaaridiyyal mustakhdimiyyah : Sarana yang menopang. Lalu kaitannya dengan al
asykhoos; manusia, akan berbanding lurus dengan Struktur atau tatanan
masyarakat dan Kultur Budaya. lintas sejarah akan kembali terulang. menjadi
hikmah bilamana kita mengambil sejarah peradaban jahiliyah, yang membentuk
kesemerautan struktural masyarakat jahiliyah dan
kultur budayanya, ini bisa kita sebut dengan model sejarah jahiliyah adalah permasalahan dalam penyimpangan akhlak
yang merasuk kedalam tabiat dan watak pada saat itu, saling mejajah satu sama
lain. Salah satu budaya yang sangat “jahiliyah” adalah mengubur hidup-hidup
anak perempuan yang baru lahir, karena mereka menganggap aib bagi suku. lalu
mengapa kemudian diutusnya Rasulullah adalah misi untuk mengislah
"memperbaiki" akhlak. beliaulah sosok yang mengtrandensi sistem. maka
jika strukural masyarakat dan budaya masyarakat ini bangsa ini ingin
diperbaruhi "tahgyiir" maka kuncinya ialah perbaikan individual.
Individu yang mencetuskan narasi ide dan menciptakan sarana-sarana penopang.
Atau melihat
bagaiman model sejarah Islamiyah. Salah satunya Penundukan dinding
konstatinopel. Sebuah sejarah pertarungan bukan juga pertempuran, tapi
cerita sejarah tentang pikiran besar
dibalik penaklukan yang kata kuncinya adalah kurikulum Murad II. Maka cerita
ini dimulai dari pengisian bahan-bahan pikiran.Dua puluh dua hari Murad II
mengepung Konstantinopel dari arah barat, namun benteng paling kokoh di
zamannya selalu melumpuhkan para penantang, sebagaimana ia telah melumpuhkan
pasukan muslim selama delapan abad. Namun mimpinya tidak mati, ia inspirasikan
ke anaknya Muhammad II hingga mengalir di jiwa dan darahnya lalu menjadi tujuan
hidupnya.
Murad II memulai dari ibukota ‘Ustmaniyyah, Edirne. Ia desainkan konsep
mesjid dan institusi pendidikan terbaik, mesjid untuk pendidikan dan institusi
pendidikan yang berspirit mesjid. Tidak hanya untuk Muhammad II tapi juga untuk
pemuda se-generasinya, karena kebangkitan tak ditopang seorang pahlawan
tunggal, tapi sebuah generasi berpengetahuan.
Rombongan ulama besar yang tinggal disana di kerahkan seluruhnya untuk
misi besar penyiapan generasi ini. Tapi mereka tidak diminta mendatangi
Muhammad karena ia yang harus berlelah datangi pintu guru-guru itu setiap hari
bersama anak-anak jelata lain.
Pendidikan masa kecil itulah cetakan awal karakter Muhammad II yaitu
mental seorang ilmuan. Para pakar itu tidak tersaji dihalaman istana yang hijau
tapi dicari dan didatangi walau di tanah tertandus. Gairah belajar lebih
penting dari pada konten pengetahuannya sendiri karena ia yang menjamin
kontinuitas. Dan ini keberhasilan didikan Al-Kurani. Sehingga al-Qur’an
dihafalnya cepat sebelum delapan tahun, lalu ilmu-ilmu syari’at dilahapnya setelah
itu
Bahasa pengantar yang diajarkan pada Muhammad II ada tujuh yaitu:
Arab, Turki, Persia, Yunani, Serbia, Italia, dan Latin. Ketujuh bahasa
ini ia selesaikan di usia remaja. Maka akses Muhammad II untuk mengkaji semesta
ini tidak dibatasi cakrawala budayanya [Turki]. Bahkan zaman Murad II ini
dikenal dengan masa emas terjemahan referensi-referensi besar Islam kedalam
bahasa Turki.
Tapi keistimewaan tersebut bukan pada kuantitas penguasaan bahasa,
karena ia hanyalah tools pembuka pengetahuan, tapi ketepatan
sasaran dalam penggunaan. Maka ilmu ketiga dalam kurikulum Murad II untuk
dipelajari Muhammad II kecil setelah Qur’an dan Islamologi adalah sejarah. Ia
fokus mengkaji kaidah-kaidah kemenangan dan sebab-sebab kekalahan dalam
jejak perjalanan umat-umat terdahulu. Lalu Matematika, Geografi dan Astronomi.
Perangkat ilmu ini membuatnya rasionalis dan berfikir strategis, berpandangan
global dalam perencanaan tapi detail dalam pelaksanaan.
Semua perjalanan pengetahuan ini adalah pengantar menuju penaklukan
yang dirancang dengan sangat sistematis oleh Murad II. Ia sendiri meninggal
muda dan bahkan tidak pernah menyaksikan anaknya mempersiapkan pasukan
‘Ustmaniyyah menuju Konstatinopel. Tapi waktu realisasi itu tidak lama.
Muhammad II menggantikan menjadi sultan di Edirne dalam usia 22 tahun dan hanya
dalam waktu dua tahun ia melunasi hadist Nabi yang selama 8 abad belum berhasil
dituntaskan generasi-generasi kuat terdahulu, baik generasi para penakluk
daulah Umawiyyah atau generasi kemakmuran daulah ‘Abbasiyyah.
Generasi-generasi sebelum Muhammad II al-Fatih mungkin sama kuat
militernya, sama luas wilayah kekuasaanya, sama melimpah aset manusia dan
alamnya, dan sama menggebu obsesi penaklukannya, tapi Murad II meretas jalan
untuk mencetak generasi baru yang belum pernah ada dalam sejarah Islam.
Yaitu generasi yang berpengetahuan tingkat tinggi dengan pemimpin terbaiknya.
Pemimpin terbaik di zaman itu bukan hanya petarung, atau manajer, atau
sastrawan, atau ahli fikh, atau panglima, atau pemikir strategis, tapi
pengetahuannya mencapai tingkat kepakaran nyaris di semua bidang.
Maka mudah saja, memahami semua kreasi strategi Muhammad al-Fatih dalam
proses penaklukan Konstatinopel, yang belum pernah terfikirkan generasi
sebelumnya, seperti pembuatan meriam raksasa, mengangkat 70 perahu lewat darat
sepanjang 3 mil, karena itu semua produk pemikiran berbasis pengetahuan. Bahkan
andai strategi-strategi teknis itu gagal, generasi al-Fatih tidak akan
kehabisan stok strategi dari gudang pengetahuannya. Bagaimana tidak? Rasulullah
sendiri yang mendeskrisipsikan generasi penakluk itu “Konstatinopel
benar-benar akan dibebaskan, pemimpin terbaik adalah pemimpin yang
membebaskannya dan pasukan terbaik adalah pasukan yang bersamanya”. Dibalik
setiap cerita kemenangan, selalu ada revolusi pengetahuan. Dan Muhammad
al-Fatih beserta generasinya adalah model yang paling sempurna untuk itu.
TUGAS KITA
Imam Syahid memberikan perumpamaan dengan perkataannya; “Di setiap kota
terdapat pusat pembangkit tenaga listrik. Para pegawai memasang instalasinya di
seluruh penjuru kota, memasang tiang dan kabel, setelah itu aliran listrik
masuk ke pabrik-pabrik, rumah-rumah dan tempat-tempat lain. Jika aliran listrik
tersebut kita matikan dari pusat pembangkitnya, niscaya seluruh penjuru kota
kan gelap gulita. Padahal saat itu tenaga listrik ada dan tersimpan di pusat
pembangkit listrik, hanya saja yang ada itu tidak dimanfaatkan”.
Begitu pula dengan al Qur’an Al Karim ia adalah pusat pembangkit listrik
“tenaga” bagi kaum muslimin. Dia adalah ruhnya dan motivatornya; tiangnya dan
eksistensinya; penjaganya dan pemeliharanya; penjelasnya. Dia adalah referensi
yang menjadi tempat segala kebaikan (baca; Dakwah) begitu juga da’I-da’inya.
Al qur’an adalah sumber kekuatan ummat Islam, maka tugas da’I adalah
seperti tugas para pegawai listrik, mengalirkan kekuatan ini dari sumbernya ke
setiap hati orang-orang muslim agar senantiasa bersinar dan menerangi
sekelilingnya, Tugas kita adalah menghadirkan didalam visi kita bahwa al Qur’an
ini ditujukan kepada suatu umat yang hidup yang punya eksistensi, diturunkan
untuk menjawab tantangan kehidupan kemanuasiaan yang riil dan membongkar
paradigma yang keliru bahwa ia hanyalah sebagai kumpulan-kumpulan bacaan indah
yang kosong, dan tidak sedikitpun memiliki hubungan dengan realita-realita
kehidupan. Dan atau perkataan yang menggelikan ketika seseorang berkata tentang
matahari; “ini planet kuno dan lapuk. Ia
pantas diganti dengan planet baru dan modern. Atau manusia ini mahluk kuno dan ketinggalan
zaman, ia layak diganti dengan mahluk baru dan modern untuk menyemarakan bumi”.
Apabila yang mengatakan yang ini dan yang itu termasuk perkataan yang
menggelikan, maka lebih menggelikan lagi jika ia diberlakukan kepada Al Qur’an,
firman Allah terakhir untuk manusia. Sayyid
qutb; “Agar kita ingin efektif memperoleh energy al Qur’an, mengetahui hakikat
gelora yang tersembunyi didalamnya, dan mendapatkan nasihat yang tersimpan
untuk umat islam di setiap generasi, maka sepatutnya kita menghadirkan visi
kita tentang eksistensi generasi islam pertama yang menjadi sasaran al Qur’an
untuk pertama kali”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar